The Last Chosen One
25 Maret 2025
  1. 570 M - Tahun Gajah
    • Pasukan Gajah
    • Kelahiran Nabi Muhammad
    • Nabi disusui
  2. 574 M
    • Pembelahan Dada (Syakhshush Shadr)
  3. 576 M
    • Ibu Animah wafat
    • diasuh Abdul Muthalib
  4. 578 M
    • Abdul Muthalib wafat
  5. 582 M
    • bertemu Buhaira
  6. 585 M
    • Perang Fijar
  7. 595 M
    • Menikah dgn Khadijah binti Khuwailid
  8. 598 M
    • Qasim lahir
  9. 600 M
    • Zainab lahir
    • Qasim wafat
  10. 601 M
    • Ruqayyah Lahir
  11. 605 M
    • Renovasi Ka'bah
  12. 610 M - diangkat jadi Nabi
    • Wahyu Pertama
  13. 611 M
    • Abdullah lahir
  14. 612 M
    • Abdullah wafat
  15. 619 M - Tahun Kesedihan
    • Khadijah wafat
    • Abu Thalib wafat
  16. 629 M
    • Zainab wafat
Pembahasan
Pasukan Abrahah, gubernur Yaman dari Kerajaan Aksum (Habasyah/Ethiopia), menyerang Ka’bah dengan gajah sebagai kendaraan perang.
Allah menghancurkan pasukan ini dengan mengirimkan burung Ababil, yang melemparkan batu panas dari neraka (QS. Al-Fil).

Kenapa Abrahah menyerang ka'bah?
🔹 Abrahah membangun gereja besar di San’a (Yaman) bernama Al-Qullays.
Ia ingin membuat pusat peribadatan menggantikan Ka’bah, agar orang Arab berhenti berhaji ke Makkah dan beralih ke gerejanya. Namun, orang Arab tidak tertarik karena Ka’bah adalah tempat suci yang diwariskan dari Nabi Ibrahim dan Ismail.

🔹 Mereka menolak dan ada yang menghina gereja tersebut.
Seorang Arab Bani Kinânah (sebagian riwayat menyebutnya dari Quraisy) diam-diam masuk ke dalam gereja pada malam hari. Ia kemudian buang air besar di dalam gereja tersebut. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa ia bahkan mengotori dinding gereja dengan kotorannya. sehingga Abrahah marah besar.

🔹 Niat Menghancurkan Ka’bah
Ia mengumpulkan tentara besar dengan pasukan gajah (diperkirakan 40.000 pasukan), yang belum pernah digunakan dalam peperangan di jazirah Arab. Di perjalanan, mereka menyerang beberapa suku Arab untuk mencapai Makkah. Mereka juga merampas unta-unta milik penduduk Makkah, termasuk 200 unta milik Abdul Muthalib (kakek Nabi Muhammad ﷺ).

🔹 Dialog Abdul Muthalib & Abrahah
Ketika Abrahah tiba di dekat Makkah, Abdul Muthalib (pemimpin Quraisy) datang menemui Abrahah.
Anehnya, Abdul Muthalib hanya meminta agar unta-untanya dikembalikan.
Abrahah heran dan bertanya:
"Mengapa engkau hanya peduli dengan untamu? Padahal aku datang untuk menghancurkan Ka’bah yang engkau dan kaummu sembah?"
Abdul Muthalib menjawab dengan tegas:
"Aku hanya pemilik unta-unta ini, sedangkan Ka’bah memiliki pemiliknya sendiri (Allah), dan Dia akan menjaganya."

🔹 Allah menghancurkan pasukan gajah
Ketika Abrahah dan pasukannya mendekati Ka’bah, gajah utama bernama Mahmud tiba-tiba berhenti dan menolak berjalan menuju Makkah.
Allah mengirim burung-burung Ababil, yang membawa batu panas dari neraka (سِجِّيلٍ, sijjil).
Batu-batu itu menghantam pasukan Abrahah, menembus tubuh mereka hingga binasa.
Abrahah sendiri terluka parah dan kembali ke Yaman, lalu mati dengan kondisi mengenaskan.

📖 Allah mengabadikan kejadian ini dalam Surat Al-Fil (105:1-5):

Beberapa minggu setelah penyerangan pasukan gajah, Nabi Muhammad lahir.
Nabi Muhammad ﷺ lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah.
Lahir di Makkah dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahb.
Ayahnya, Abdullah, wafat sebelum beliau lahir ketika nabi masih dalam kandungan. Beliau wafat di yastrib/madinah karena sakit.

Saudaranya Abdullah (atau anak2 nya Abdul Muthalib atau paman/bibi Nabi Muhammad) diantaranya :
- Harits Anak pertama – membantu Abdul Muthalib menggali kembali sumur Zamzam
- Abu Lahab (Abdul Uzza) – Sangat menentang Islam
- Abbas – Paman Nabi yang masuk Islam dan keturunannya mendirikan Dinasti Abbasiyah
- Abu Thalib (Abdul Manaf) – Pelindung utama Nabi Muhammad ﷺ.
- Hamzah – Paman Nabi, dikenal sebagai "Singa Allah", syahid di Perang Uhud.
- Shafiyyah – Ibu dari sahabat Zubair bin Awwam.
Diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah
Setelah lahir, Nabi disusui oleh ibunya (aminah) sebentar
lalu Disusui oleh Tsuwaibah tidak sampe 1 bulan.
lalu disusui oleh Halimah As-Sa’diyah dari kabilah Bani Sa’ad selama 4 tahun.
Tradisi Arab saat itu adalah bayi-bayi Quraisy diasuh oleh keluarga pedesaan agar tumbuh dengan kuat dalam lingkungan yang lebih sehat.
Halimah melihat banyak keberkahan setelah menyusui Nabi, seperti hewan ternaknya yang semakin sehat dan rezekinya yang melimpah.
Di usia sekitar 4 tahun, Nabi dikembalikan kepada ibunya, Aminah.
Ada riwayat yang menyebutkan bahwa pembelahan dada Nabi oleh malaikat Jibril terjadi saat beliau masih dalam asuhan Halimah ketika Nabi berusia 4 tahun.
Jibril dikatakan datang, membelah dada Nabi, dan membersihkan hatinya dari bisikan setan, lalu mencucinya dengan air zamzam. Halimah takut setelah mendengar cerita dari anak-anaknya dan segera mengembalikan Nabi ke ibunya, Aminah. Setelah kembali ke Makkah, Nabi tinggal bersama ibunya sebagai seorang yatim.
Aminah binti Wahb wafat saat Nabi berusia sekitar 6 tahun menjadikan Nabi muhammad yatim piatu. Aminah wafat dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah di daerah Abwa'. Aminah membawa Nabi berkunjung ke Madinah untuk menemui kerabat dari keluarga Bani Najjar (keluarga dari ayah Nabi, Abdullah). Dalam perjalanan pulang ke Makkah, Aminah jatuh sakit dan akhirnya wafat di Abwa’, sebuah daerah antara Madinah dan Makkah.

Setelah ibunya wafat, Nabi Muhammad ﷺ diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib.
Kakek Nabi Muhammad yakni Abdul Muththalib, yang saat itu adalah pemimpin Quraisy.
Meskipun Abdul Muththalib sudah tua (sekitar 80 tahun), ia sangat menyayangi Muhammad ﷺ lebih dari cucu-cucunya yang lain. Beberapa hal yang menunjukkan kasih sayangnya:
- Tempat Khusus di Majelis Quraisy
- Abdul Muththalib memiliki tempat duduk khusus di dekat Ka’bah.
- Anak-anaknya dilarang duduk di sana, tetapi Nabi Muhammad ﷺ sering didudukkan di pangkuannya di tempat kehormatan itu.
- Jika ada yang mencoba menyingkirkan Muhammad ﷺ, Abdul Muththalib berkata:
"Biarkan cucuku ini, karena kelak dia akan menjadi orang besar."

- Selalu Membawa Muhammad ﷺ ke mana pun Abdul Muththalib pergi, ia sering membawa Nabi ﷺ bersamanya.
- Bahkan dalam pertemuan penting dengan Quraisy, Nabi ﷺ sering hadir.
- Abdul Muththalib memberikan perhatian lebih kepada Nabi ﷺ dibandingkan cucu-cucu lainnya.

Meskipun hidup di tengah kebiasaan jahiliyah, Abdul Muththalib tetap mendidik Muhammad ﷺ dengan nilai-nilai luhur, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepemimpinan.
Abdul Muthalib wafat dalam keadaan sakit dan meninggal secara alami di usia sekitar 80 tahun. Sebelum wafat, beliau sempat berwasiat agar cucunya, Muhammad ﷺ, diasuh oleh putranya, Abu Thalib, karena melihat kedekatan dan kasih sayang Abu Thalib kepada keponakannya tersebut.

Setelah wafatnya Abdul Muthalib, Nabi Muhammad ﷺ yang saat itu berusia 8 tahun, kehilangan sosok pelindungnya, tetapi kemudian mendapatkan perlindungan penuh dari Abu Thalib.
Pada tahun ini Nabi Muhammad ﷺ berusia 12 tahun, ikut serta dalam perjalanan dagang ke Syam bersama pamannya Abu Thalib. Di kota Busra, yang berada di wilayah Syam (sekarang Suriah), mereka bertemu dengan Buhaira, seorang pendeta yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad ﷺ. Buhaira memperingatkan Abu Thalib agar melindungi keponakannya dari orang-orang Yahudi dan Romawi, karena kelak Muhammad ﷺ akan menjadi seorang nabi.

Menurut riwayat, Buhaira melihat tanda-tanda luar biasa pada kafilah tersebut, yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Di antaranya:
🔹 Awan menaungi salah satu anggota rombongan (yaitu Muhammad ﷺ) sepanjang perjalanan di bawah terik matahari.
🔹 Ketika rombongan berhenti dan duduk di bawah pohon, dahan pohon itu tampak merunduk menaungi Muhammad ﷺ, yang sedang beristirahat di bawahnya.

Buhaira melihat tanda ini dan merasa bahwa nubuat-nubuat dalam kitab suci terdahulu tentang kedatangan seorang nabi terakhir telah sesuai dengan anak muda yang bersama kafilah itu.

Buhaira mengundang seluruh rombongan ke tempatnya untuk jamuan makan. Biasanya ia tidak melakukan itu. Ketika semua datang, ia memperhatikan satu orang tidak hadir, yaitu Muhammad ﷺ, yang ditinggal untuk menjaga barang dagangan.

Ia berkata, “Ada yang belum datang. Adakah yang kalian tinggalkan?”
Mereka menjawab, “Hanya seorang anak kecil yang menjaga barang.”
Buhaira bersikeras agar anak itu juga dibawa. Saat Nabi Muhammad ﷺ datang, mata Buhaira langsung tertuju padanya.

📍 Pemeriksaan Tanda Kenabian
Setelah berbincang dengan Nabi ﷺ, Buhaira memeriksa punggungnya, dan ia menemukan "khatam an-nubuwwah" (tanda kenabian) di antara kedua bahunya — sebagaimana yang disebut dalam kitab suci sebelumnya.

📍 Peringatan kepada Abu Thalib
Buhaira lalu menarik Abu Thalib dan berkata:
"Anak ini akan menjadi nabi. Aku melihat tanda-tandanya sebagaimana tertulis dalam Injil.
Jagalah dia baik-baik, jangan bawa terlalu jauh, karena jika orang-orang Romawi atau Yahudi tahu, mereka bisa menyakitinya."

Karena nasihat itu, Abu Thalib merasa cemas dan memutuskan untuk memulangkan Muhammad ﷺ ke Makkah lebih awal, sebelum kafilah meneruskan perjalanan lebih jauh ke Syam.
Perang Fijar (Harb al-Fijar) terjadi dalam beberapa kali pertempuran, tetapi puncaknya yang paling dikenal terjadi sekitar tahun 585 M, saat Nabi Muhammad ﷺ berusia sekitar 15 tahun.

📌 Penjelasan Ringkas tentang Perang Fijar:
🛡️ Apa itu Perang Fijar?
"Fijar" berarti "pelanggaran kesucian" karena perang ini terjadi pada bulan-bulan haram (bulan yang dilarang untuk berperang: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab).

⚔️ Siapa yang terlibat?
Quraisy (dan sekutunya, termasuk Bani Hasyim)
vs
Qais ‘Ailan (gabungan beberapa suku Arab, termasuk Bani Hawazin)

🔥 Penyebabnya:
Seorang dari Bani Kinana (sekutu Quraisy) membunuh seorang dari Bani ‘Aamir (sekutu Qais ‘Ailan).

Pembunuhan itu terjadi pada bulan haram, sehingga memicu kemarahan besar dan pecah perang.

👦🏼 Peran Nabi Muhammad ﷺ:
Nabi belum menjadi nabi saat itu (usia 15 tahun).
Beliau tidak langsung bertempur, tapi membantu paman-pamannya, seperti memungut anak panah atau menyuplai logistik.
Ini jadi bagian dari pengalaman hidup beliau menghadapi konflik dan ketegangan antar suku.

🕊️ Akhir Perang:
Tidak ada pihak yang menang mutlak.
Namun akhirnya perdamaian dicapai, dan perang dianggap sebagai noda dalam sejarah kesukuan Arab karena terjadi di bulan haram.
Khadijah seorang janda kaya Quraisy yang mulia, cerdas, dan terpandang berusia 40 tahun. Dia dikenal dengan "Ath-Thahirah" (yang suci) karena akhlaknya yang luhur.

Di usia 25 tahun, Nabi Muhammad ﷺ dikenal sebagai Al-Amin (yang terpercaya) oleh masyarakat Makkah karena kejujurannya.
Khadijah, mendengar reputasi itu, menawarkan kerja sama bisnis: Muhammad ﷺ diminta memimpin kafilah dagang ke Syam.

Muhammad ﷺ menjalankan bisnis itu dengan penuh kejujuran dan integritas.
Ia ditemani oleh pelayan Khadijah, Maisarah, yang menyaksikan kejujuran, akhlak, dan perilaku mulia Muhammad selama perjalanan. Kafilah itu meraih untung besar, dan Maisarah menceritakan semua keistimewaan Muhammad kepada Khadijah.

Mendengar cerita Maisarah, hati Khadijah tergerak oleh akhlak Muhammad, bukan hanya rupa atau kekayaan.
Ia mengutarakan keinginan menikah kepada Nabi melalui perantara, Nafisah binti Munyah.

Pernikahan berlangsung dengan mas kawin 20 ekor unta (menurut sebagian riwayat) dan penuh keberkahan.
Dari pernikahan ini lahirlah beberapa anak, termasuk:
- Qasim
- Zainab
- Ruqayyah
- Ummu Kultsum
- Fatimah
- Abdullah (yang juga dikenal sebagai Ath-Thayyib atau Ath-Tahir)
👶 Qasim bin Muhammad:
🗓️ Lahir: sekitar 598–600 M, di Makkah
🧒 Wafat: saat masih kecil, sebelum usia baligh
🪦 Makam: dimakamkan di Makkah
🧾 Karena Qasim lah, Nabi Muhammad ﷺ mendapat kunyah (gelar):
Abu al-Qasim (ayah dari Qasim)
🧕 Profil Singkat Zainab binti Muhammad:
🗓️ Lahir: sekitar 600 M (5 tahun setelah pernikahan Nabi dan Khadijah)
👨‍👩‍👧 Ibu: Khadijah binti Khuwailid
💍 Suami: Abu al-Ash ibn Rabi‘ (sepupunya Khadijah)
🧒 Anak: Ali dan Umamah
🕊️ Wafat: sekitar tahun 8 H (630 M)
Penyebab Wafatnya Abu Thalib
Fisik yang semakin lemah → Abu Thalib sudah berusia sekitar 80 tahun, dan kesehatannya menurun.

Dampak dari pemboikotan di Syi'ib Abi Thalib → Selama 3 tahun (616-619 M), kaum Muslimin dan Bani Hasyim mengalami pemboikotan total oleh Quraisy, menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi.

Tekanan mental dan emosional → Abu Thalib terus menghadapi ancaman dan tekanan dari Quraisy karena melindungi Rasulullah ﷺ.

Setelah pemboikotan berakhir, kesehatannya semakin memburuk, dan beberapa bulan kemudian, ia jatuh sakit dan akhirnya wafat.

🛑 Wafat dalam Keadaan Apa?
Saat Abu Thalib dalam keadaan sakaratul maut, Rasulullah ﷺ berusaha mengajaknya masuk Islam dengan membaca kalimat syahadat. Namun, ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah yang terus membisikkan di telinganya:
"Apakah kamu akan meninggalkan agama nenek moyangmu, Abdul Muththalib?"

Akhirnya, kata terakhir yang keluar dari mulut Abu Thalib adalah bahwa ia tetap dalam agama leluhurnya (HR. Bukhari & Muslim). Rasulullah ﷺ sangat sedih, tetapi Allah menurunkan firman-Nya:

"Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang engkau cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki."
(QS. Al-Qasas: 56)

💔 Dampak Wafatnya Abu Thalib
Perlindungan politik Rasulullah ﷺ melemah → Setelah wafatnya Abu Thalib, kaum Quraisy semakin berani menindas Nabi ﷺ karena tidak ada lagi pelindung dari Bani Hasyim.

Rasulullah ﷺ semakin sulit berdakwah di Mekah → Setelah itu, beliau mencari dukungan dari luar Mekah, seperti di Thaif (meskipun ditolak).

Menjadi salah satu faktor Hijrah ke Madinah → Setelah tekanan semakin berat, Rasulullah ﷺ mulai mencari suku lain yang mau menerima Islam, hingga akhirnya suku Aus dan Khazraj di Madinah menerima dakwah Islam.

Meskipun Abu Thalib tidak masuk Islam, kasih sayangnya kepada Nabi ﷺ sangat besar, dan Rasulullah ﷺ tetap mengenang jasanya.
Setelah pemboikotan (oleh kaum quraish) berakhir, kondisi Khadijah tidak pulih sepenuhnya. Beberapa bulan kemudian, ia jatuh sakit dan akhirnya wafat di rumahnya di Mekah.

Rasulullah ﷺ sangat berduka atas kepergian Khadijah. Beliau sendiri yang menggali kuburnya dan menurunkannya ke dalam liang lahat di Jannatul Mu'alla, Mekah.

🛑 Dampak Wafatnya Khadijah binti Khuwailid
Rasulullah ﷺ kehilangan pendukung terbesar dalam hidupnya.
Dakwah Islam menjadi lebih sulit, karena Khadijah selalu memberikan kekuatan mental dan finansial bagi Rasulullah ﷺ.
Quraisy semakin berani menindas Nabi ﷺ, terutama setelah Abu Thalib juga wafat.
Karena kesedihan yang mendalam, tahun itu disebut "Tahun Kesedihan" ('Aamul Huzn).

🌹 Khadijah tetap menjadi wanita terbaik dalam Islam dan mendapat kabar gembira dari Jibril bahwa ia akan mendapatkan rumah di surga dari mutiara yang tiada kebisingan dan kelelahan (HR. Bukhari & Muslim).